Cerpen - Misteri Dibalik Foto Kakek

05:41
Hujan baru saja usai menitihkan perihnya, Suara gemercik gerimis masih sempat terdengar dari atap kamar kost yang terbuat dari seng ini. Suara jangkrik melengking keras dari depan kamar kost yang dipenuhi dengan bunga dan tiga batang pohon pisang yang salah satunya masih memiliki jantung pisang. Televisi itu masih menayangkan film hantu jantung pisang, yang sudah kesekian kalinya saya lihat “ada ada saja film horor jaman sekarang,  mendingan jantung pisangnya dimasak”. Masih teringat sindiran tante saya saat menonton film ini”.

Tok tok. Tok tok.. Suara itu tiba tiba muncul dari pintu kamar kost saya yang berwarna coklat gelap, dan sebagian tripleksnya sudah terkelupas. Saya masih sibuk memasak telur yang baru saja saya pecahkan dan tidak menghiraukan suara ketukan itu karena kebetulan minyak pada wajan teflon sudah panas. Berulang kali suara ketukan itu berlalu dengan sangat cepat, hingga akhirnya suara tubrukan keras tiba tiba terdengar menggeletuk dari balik pintu kamar kost saya.

Karena sedang sibuk memasak untuk  santap malam dan telur masih setengah masak saya akhirnya memutuskan untuk menuju pada suara tubrukan itu, siapa tahu ada helikopter yang dikemudikan oleh tuyul yang masih belajar dan  jatuh pas depan pintu kamar. Saya masih berjalan dengan membawa wajan teflon yang berisi telur setengah masak itu.

Kusentuh gagang pintu yang masih sangat dingin karena menyesuaikan dengan suasana hujan. Kutarik secara perlahan hingga terdengar suara menciut. Mencoba menengok keluar kamar dan tercium bauh lumpur yang masih basah, tiba tiba muncul dalam benak saya “Jangan jangan bau ini adalah bau hantu yang bangkit dari lumpur karena kebanjiran” tapi, karena sudah menghayal sejauh itu tiba tiba saya dikagetkan dengan wajah gelap yang ditutupi dengan jubah hitam mirip batman.

“Astagfirullah,, tuyulnya benar benar ada, rasakan telur goreng ini” Terasa digerakan oleh ketakutan, tangan kanan saya yang memegang  wajan teflon itu tiba tiba mengayungkan telur yang masih setengah masak kearah wajah gelap yang berada didepan pintu.
Dengan tingkah gelagapan, mahluk gelap yang berbau lumpur itu langsung mengusap wajahnya. Mungkin karena kepanasan atau karena merasa bau dia akhirnya menyalakan senter yang sedari tadi digenggamnya kearah wajah yang penuh dengan ceplokan telur berwarna kuning itu. Kondisi seperti ini membuatku semakin takut karena sinar dari senter itu tepat didepan wajahnya hingga dia menyerupai kuntilanak yang baru keluar dari salon.

“Stop, ini saya Heril. Berhentilah melakukan tingkah aneh itu lagi”. Akhirnya mahluk aneh itu berbicara dan menyampaikan aspirasinya. Memang setiap kali saya ketakutan, pasti memanfaatkan peralatan yang bisa dijangaku oleh tangan saya untuk melindungi diri, dan salah satu korbannya adalah Heril.

Karena malam itu jum’at kliwon yang katanya angker, saya selalu berfikir negatif tentang kejadian aneh yang terjadi sekecil apapun itu. Lihat saja Heril semenjak dia terkena ceplokan telur tadi, dia menjadi lebih sering diam dan memandangi setiap foto yang ada disekitar ruangan kamar saya. Pandangannya terhenti pada foto yang terpajang tak jauh dari pintu kamar ini. Foto seorang kakek tua yang sedang menghisap rokok yang terbuat dari tembaga ini sempat saya abadikan saat perjalanan kerumah teman dua minggu yang lalu. Dilihat dari tampangnya, kakek itu cukup rupawan dengan janggot dan kumis yang sudah memutih ditambah alis yang melengkung keatas pada bagian ujungnya.
Heril terus memandangi foto itu sambil memegang boneka detektif conan yang diambilnya dari atas meja kecil yang berada dibawah foto itu. Pandangannya semakin dalam sambil sesekali memiringkan kepalanya kekanan lalu kekiri seolah mencari celah negatif dari foto itu. “apa yang sedang dipikirannya” tanyaku dalam hati sambil membuat ceplokan telur untuk makan malam lagi. Sekarang porsi telurnya saya buat lebih banyak dengan niat berbagi dengan Heril.

Seolah kakinya memiliki lem sehingga dia tidak beranjak dari lantai berwarna biru itu. Memang saya juga suka memandangi foto yang penuh misteri itu, mungkin karena foto itu saya ambil dari salah satu suku yang tinggal di hutan angker yang ada di sebuah desa kecil di kabupaten Maros, tapi bukan berarti misteri hutan angker itu mengikuti foto ini, sehingga siapapun yang menatapnya seakan tak ingin berhenti memandanginya.

Sekarang bukan lagi Heril yang memiringkan kepalanya, tapi foto itu tiba tiba ikut miring kekanan. Tidak hanya miring foto itu juga bergetar dan tiba tiba bergerak kekiri lagi. Foto kakek itu bergerak dan langsung mengeluarkan suara krekkk,,, krekkek. Sampai berulang kali seolah menertawakan Heril.

Mata heril melotot dan sekujur tubuhnya menjadi kaku. “Na’ Na Nawirrr. Fotonya bergerak” teriak Heril dengan lengkingan suara tajam. Karena ceplokan telur kedua itu masih berada ditangan saya, akhirnya saya menghampiri Heril dengan harap dia tidak apa apa.

Tak tahu apa yang harus dilakukannya, karena sudah sangat ketakutan Heril yang berwajah pucat dan mengeluarkan keringat dinginnya, kembali melakukan kebiasaan buruknya. Mengeluarkan suara dari dalam celana dan sepertinya suara itu terjepit. Ditambah bau yang menyengat itu membuat saya kaget dan merasa terganggu, akhirnya kembali saya melemparkan ceplokan telur itu kewajah Heril.
Saya tidak tahu apa yang sudah saya lakukan kepada Heril karena saya juga kaget melihat foto itu tiba tiba bergerak. Heril yang sudah hampir kabur dari kamar mencoba membela diri kalau bukan dirinya yang kentut. Padahal setiap kali ada masalah bau, pasti dia yang dituntut sebagai tersangka utama.

Kembali kepada misteri foto itu, saya dan Heril memutuskan untuk kembali memerhatikan foto yang sudah agak miring dari posisi awalnya. Krekek kekek... tiba tiba keluar dua ekor cicak besar yang baru saja memadu kasih. Ternyata bukan foto itu yang menakutkan tapi ada cicak dibalik foto itu.
“Kamprett!! Heheheh dasar kamu penakut”
“Dasar kamu tukang kentut, sama cicak saja takut apalagi sama ceplokan telur” hehehe.

Wassalam Terima kasih..

 #cerita ini jadi kontributor dalam buku antologi cerpen horor komedi  "Ketika Mereka Menyapa"

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Like this ya