Tingkah Panik Yang Merugikan

08:27

Mungkin anda pernah mendengar kata petuah. “Jika orang lain  berlaku memalukan dihadapan khalayak ramai, tegurlah dia disaat dia sendiri, agar tidak menyinggung hatinya”. Lantas bagaimana dengan membiarkan orang itu malu. Apa kamu tega?

Jika saya yang ditanya demikian pasti saya tidak tega. Saya akan memberanikan diri untuk menegurnya dengan berbisik. Misal “Resleting celana kamu terbuka”. Maka orang tersebut akan bertindak kelabakan. Malu? sudah pasti, apalagi telah melewati jalan yang ramai.

Ini dia, Agus. Dia selalu bertingkah panik, unik tapi tetap dramatis. Suatu waktu dia lupa kalau sedang ada mid semester, dan lebih paniknya dia lupa membawa persyaratan hasil rangkuman pelajaran yang ditulis tangan selama seperdua semester. Padahal di malam harinya, dia telah dengan hati hati menjatuhkan tinta hitamnya kedalam kertas putih bersampul rockstar itu.

Dan di hari mid, disaat dosen memilih untuk duduk dikursi empuknya memanggil kami satu persatu dan memeriksa hasil rangkuman kami. Wajah agus sudah merah, tapi bukan karena sedang jatuh cinta, melainkan jatuh harga diri didepan dosen. Keringatnya membasahi kaos hijau yang dipakainya, padahal cuaca cukup bersahabat hari itu.

Tiba pada nomor urut tiga puluh lima. “Agus”. Dia dengan wajah panik yang tidak bisa disembunyikan berjalan dengan sangat pelan ke arah meja dosen yang ada di sudut kelas. Mana tugas kamu gus?

“Lu' lupa bu. Tapi kemarin saya sudah mengerjakannya. Hanya saja tertinggal dikamar.”
“Loh yang mau belajar siapa? Kamu atau cicak dikamar kamu?”
“Saya bu, tapi kali ini saya benar benar lupa” *sambil menggosok tengkuknya menandakan kalau dia telah begadang semalaman mengerjakan tugas itu.

Tapi meskipun dia sudah berusaha menampilkan mimik yang menurutnya akan mengulas hati ibu dosen, tetap saja wajah paniknya tidak bisa dipercaya.

“Bilang saja kamu belum mengerjakannya” desak dosen yang sedikit galak dengan lipstik merah gelapnya.

“Su' sudah  bu, serius, tanya saja si Akbar kelas sebelah. Kemarin saya sama sama mengerjakanya”

Arif, disuruh untuk memanggil akbar yang tengah sibuk berdiskusi di depan kelas bersama temannya.

Dengan sedikit memaksa akhirnya Arif berhasil membujuk Akbar untuk memberi kesaksian kepada dosen Agus.
“Akbar betul kamu membantu Agus semalam?

Akbar yang orangnya lebih polos dari Agus, mengakui memang semalam dia bersama agus, tapi bukan sedang kerja tugas tapi main COC, malahan war semalaman. 

Muka miring dosen segera mengarah ke Agus. Dia pun tidak diikutkan dalam mid.

Mendengar kesaksian tersebut, dosen Agus menjadi tidak percaya lagi kepadanya. statusnya sebagai KeTi (ketua tingkat) pun tidak dapat dimanfaatkan untuk menarik hati dosen yang satu ini. 

***

Panik adalah kondisi kecemasan yang sangat berat yang menyebabkan seseorang ingin berlari dan bersembunyi untuk menghadapi kondisi yang dianggap berbahaya dan mengancam. (sumber : wikipedia.org)


Panik dapat mendorong seseorang memberikan kesaksian palsu. Juga dapat mendorong seseorang berbohong. sungguh ini sangat merugikan. Panik juga dapat terjadi ketika seseorang kaget atau melupakan sesuatu dan tiba tiba mengingatnya. Meskipun telah membuat perencanaan yang baik, tapi apabila melupakan sedikit saja akhirnya orang ini akan bertingkah kelabakan dan merusak segalanya. 


   

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Like this ya