Makna Dibalik Setiap Pendakianmu Mencapai Puncak

06:39

Hiking, Istilah untuk anak muda jaman sekarang yang rata - rata menghabiskan waktunya untuk menjejaki maha kuasanya ciptaan Allah. Menjelajahi hutan, lembah, sungai rawa dan pastinya gunung. Untuk mencapai puncak tertinggi dari sebuah gunung diperlukan peralatan yang pastinya untuk mendukung perjalanan kita. 

Ransel, tenda, swither tebal, peralatan makan, masak, obat, makanan dan sebagainya harus selengkap mungkin. tak lupa juga perlengkapan pertolongan pertama harus disediakan untuk membantu kita dalam keadaan yang tidak diinginkan. Korek api sebagai sumber api sangat diperlukan ketika malam hari. Apalagi dalam cuaca yang dingin. Juga untuk  mendukung proses memasak makanan.  Meskipun saat ini adanya kompor gas portabel bisa mempermudah proses memasak, tetap saja korek harus ada. 

Hari ini Alim akan melakukan pendakian dia menyediakan segala macam perlengkapan yang menunjang kegiatan pendakiannya itu, mulai dari tas gunung yang berukuran besar untuk menampung tenda, pakaian serta makanannya. Jaket tebal berwarna abu - abu merah sudah bergemul di tubuhnya serta sepatu  gunung yang menopang langkahnya. Dia memulai pendakian dengan membaca doa agar selamat sampai puncak, meskipun ia tidak tahu akan apa yang terjadi selanjutnya diperjalanan yang memakan waktu dua hari dari langkah awalnya itu. Setelah sampai di pos pertama sungguh  pemandangan yang sungguh menyejukan mata yang disaksikannya. Hutan pinus serta kebun semangka para petani sekitar gunung itu dilaluinya. 

Sampai pos selanjutnya dia menyaksikan danau kecil dari ketinggian sekitar 1030 mdpl. Dengan rasa takjub dia melihat seseorang yang mengikutinya sejak melewati pos pertama. Dengan memakai baju kaos dan sarung yang mengikat dipinggangnya bapak itu beristirahat di arah yang lumayan jauh darinya. Tak pula ia sempat bercakap dengan bapak itu karena ia harus bergegas sampai ke pos tiga sebelum malam menghampiri. Dilupakannyalah bapak tadi yang  sepertinya hanya petani sekitar. 

Malam pun menghampiri, tenda didirikan dan segera  matras sertasleeping bed menyelimutinya  malam itu. tak lupa ia kenakan kaos tangan, kupluk, serta menyalakan api unggun yang sengaja ia nyalakan didepan tenda sebagai penghangat.Pagi harinya setelah sarapan ia kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini dia sudah berada di ketinggian 2056 mdpl. Dan pemandangan yang disaksikan sangat luar biasa dari biasanya. ia sudah bisa melihat kota yang penuh dengan bangunan - bangunan kota daeng. dia melihat birunya laut serta hijaunya pepohonan yang ada dilembah gunung itu. 

Tak lama ia kembali menyaksikan bapak yang kemarin, masih dengan baju kaos, tanpa ransel, swither, kupluk, masker, kaos tangan. Sekitar 20 menit lagi ia akan menghampiri puncak. Tapi dia sangat takjub kepada bapak yang nampaknya berjalan searah dengannya untuk menggapai puncak. 
Alim memberanikan diri untuk menghampirinya. Karena kagum dengan bapak yang tanpa peralatan mendaki yang lengkap ini, ia bertanya "Bapak mau kemana? kenapa naik gunung seperti ini hanya berselimutkan sarung tipis ini pak? angin sangat kencang, dan cuaca pun sangat dingin. Apa bapak tidak kedinginan disini?"

Bapak itu hanya menatap Alim tanpa berkata sepatah katapun. Ia hanya memegang perutnya serta tenggorokannya yang sepertinya dia sedang kehausan dan kelaparan. Alim mengambil roti yang ada di ranselnya dan memberi kepada bapak itu. Air pun menghilangkan dahaga dari bapak yang tadi. Tapi tak lama kemudian bapak itu pingsan, bibirnya pecah dan kelihatan sangat pucat. Tubuhnya sangat dingin, dan dia sekarang terguai lemas di atas gunung itu. Alim panik dan memanggil teman temannya untuk membawa bapak itu kembali ke dasar gunung. untuk segera meminta pertolongan. 

***

Ada sebuah kisah dari seorang teman yang kuliah disalah satu universitas terkenal. Dia bergabung dalam organisasi mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) dunianya penuh dengan petualangan menjelajahi hutan, dan gunung. Jelas sangat asik menurutnya. Tapi dia selalu lupa untuk melakukan shalat dalam kegiatan petualangannya itu. Alasannya bajunya kotorlah, berkeringat, dan tidak ada tempat khusus didalam hutan untuk sholat. Juga kadang tidak tahu arah kiblat dimana. dan ambil air wudhunya susah. Islam memberi begitu banyak kemudahan kepada manusia, tinggal manusianya saja yang kurang memanfaatkannya dengan baik. Misalnya saja wudhu, solusinya kan ada tayamun, Sholat ditengah hutan katanya susah karena tidak tahu arah kiblat, kan itu fungsinya ada navigasi / kompas. untuk menunjukan arah kiblat dimana.

Hidup bagaikan mendaki sebuah gunung. Jika kita menyediakan perlengkapan yang memadai, maka hidup akan berjalan dengan mulus. Sesuai perlengkapan yang telah kita sediakan untuk menghadapi ujian ujian pada setiap pos. 

Seperti kisah diatas, Bapak tadi dengan peralatan seadanya dia mendaki gunung yang cuacanya sangat berbahaya, dia tidak menyediakan peralatan yang seharusnya bisa membantunya  dalam mencapai puncak, tapi karena hanya berbekal keberanian, akhirnya dia gagal sebelum mencapai puncak yang sesungguhnya.

Peralatan mendaki seperti Ransel, sleeping bed, matras, masker, kaos kaki, kupluk, hand mook, swither dan semacamnya diibaratkan sebagai peralatan kita dalam mencapai akhirat, zakat, sholat, puasa, sedekah, mengaji, haji dan semacamnya merupakan peralatan lengkap yang harus disediakan sebelum mencapai puncak, yaitu kematian. 

Tapi dunia tidak akan membawa kita kedasar gunung, apa yang telah kita lakukan disetiap pos, menyaksikan keindahan laut, danau serta pepohonan itu semua akan terekam baik dalam catatan amal kita. dan akan tetap menjadi kenangan. 

Jadi sobat, Persiapkanlah peralatan anda yang terbaik sebelum mencapai puncak. Karena di puncak itu anda akan menyaksikan keindahan yang sesungguhnya. 

Manjalling, 25 November 2015

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Like this ya