Menapa kamu sholat
sampai 23 rakaat? Sedangkan teman – teman kamu dari tadi sudah pulang ke
rumahnya, dan sudah tidur dengan pulas. Pertanyaan itu bukan hal
yang menarik lagi ditelinga Arul. Sudah
sering dia mendengar pertanyaan seperti itu dari orang yang ada disampingnya
saat melakukan sholat berjamaah. Orang orang itu sudah pasti lebih tua darinya,
ada bapak bapak, remaja maupun pemuda. Hal tersebut membuat mereka iri kepada
anak kecil berusia enam tahun ini.
Semangatnya
tak kunjung surut meski dia tertatih
dalam sholatnya. Diantara beberapa shaf yang tersisah, dialah yang
paling muda dan paling kecil. Pernah sekali saya berada disampingnya. Lirik
sedikit, dia sudah hampir terjatuh karena mengantuk. Tapi ia terus memaksakan
diri sampai tarawihnya sempurna.
Dengan wajah ngantuk, dia
mencampurkan sedikit senyum dan menjawab “Dirumah
tidak ada orang, jadi saya tunggu bapak dan ibu selesai sholat”. Berbeda
dengan anak yang lain, ia lebih mementingkan menunggu orang tuanya daripada ia
merengek ingin pulang.
Mungkin saat ini ia belum menyadari,
bahwa dia adalah korban dari pemaksaan orang tuanya. Pemaksaan untuk menjadi seorang
hamba yang setia, pemaksaan untuk menjadi pribadi yang berhati hebat, pemaksaan
untuk menjadi calon pemuda yang bertakwa. Dan orang tuanya berharap ia
berpotensi memiliki iman yang tebal untuk menghimpun beberapa iman yang masih
tipis.
Kokohnya perjuangan orang tua Arul
selalu membuahkan hasil, diusianya yang masih muda belia ia mampu menjadi
teladan bagi teman – temamnya yang lain. Perawakannya yang sopan mampu
menjadikan posisinya ditengah pergaulan dapat dihargai dan dijadikan panutan.
Tak hanya di lingkungan tempat
tinggalnya, dia juga menjadi panutan di sekolah tempatnya belajar. Pujian
senantiasa menjadikan dia percaya diri. Hebat sekali anak ini, bisa membuat iri
orang tua teman temannya dan para guru.
Satu hal yang dapat saya
pelajari dari orang tua Arul adalah, mereka
sedang dalam proses membuat aturan baru dalam hidup anaknya. Aturan yang akan
menjadi landasan pacu bagi kehidupan Arul. Mereka mengajarkan shalat lima waktu
sebagai sandaran waktu yang tepat agar hidup anaknya tidak disia - siakan.
Hidup memang sekali, tapi akan jatuh berkali kali jika tak mampu mengatur
dengan aturan islamiyah. Menanamkan shalat lima waktu pun sangat perlu baginya,
karena terkandung banyak kebaikan didalamnya. Selain itu menyandarkan
pengaturan waktu pada shalat adalah sebuah penemuan yang luar biasa dan sangat
menguntungkan. Hal ini yang akan dijadikan habit
bagi Arul, ia akan mampu mengatur jadwal harian dalam hidupnya jika waktu
sholat dijadikan sebagai titik tumpu segala aktivitasnya.
Shalat adalah ibadah ukhrawi, yaitu
ibadah yang membuktikan pengabdian diri kita kepada Allah swt dan rasul-Nya,
itulah mengapa mereka menganggap sholat bisa menjadi tumpuan hidup semua
manusia.
Jangan biarkan nabi kita yang telah
memperjuangkan ringkasnya waktu shalat menjadi kecewa karena melihat umatnya
tidak sholat. Kita adalah pengayom bagi saudara kita yang lain walaupun kita tak bisa menjamin syurga
bagi mereka setidaknya kita membantu mereka menghindari api neraka, itulah
kewajiban sesama muslim. Saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan
kesabaran. Maka dari itu peliharaah sholat karena sesungguhnya kamu tidak akan
merugi di dunia dan diakhirat.
***
EmoticonEmoticon