kembali mereka saling menatap. Ada yang duduk sambil bercanda, ada yang menyandarkan diri ketembok, ada yang tengah asik menatap lahan persawahan dari lantai dua kampus, ada yang masih sibuk mengajar teman yang lain yang belum usai praktik ada pula yang bingung entah mau melakukan apa.
Dari pada bosan, mendingan membuat kisah hari ini. Merajut cerita biasa hingga berkesan luar biasa apabila dikenang kelak.
Tibalah usulan dari beberapa teman untuk jalan bareng. Sebenarnya usulan ini sudah selalu disediakan disetiap jam kosong. Jalan / makan (baca: dibarengi) adalah salah satu ciri khas yang tidak bisa ditiadakan dalam sebuah persahabatan. Meskipun hanya sebuah pertemanan.
"Masa muda adalah masa yang berapi api" kayak lirik lagu aja.
Syahh. Memang benar, masa muda adalah masa kobarn semangat itu muncul dan dibalik masa muda itu selalu ada rasa untuk mencicipi hal baru. Asalkan hal baru ini posotif loh. Mencicipi hal baru tidak menutup kemungkinan untuk mengunjungi tempat yang baru pula. Asalkan ada referensi dari beberapa media / teman. Jadilah kita berangkat ke tempat yang telah disepakati hari itu. Wisata Leang Lonrong terletak di kabupaten Pangkep, Tonasa 1. Rutenya sama apabila menuju pendakian gunung bulusaraung dan juga wisata Sumpangbita. Tapi lokasi ini adalah yang paling dekat, berjarak sekitar 7 km dari jalan poros pangkep makassar.
Beberapa teman sudah pernah berkunjung ketempat ini, tapi ini baru kali pertama bagiku. Ketika memasuki lorong kekiri, tampak di sebelah kiri dan kanan jejeran gunung batu karst. Diselingi ladang persawahan warga. Juga terdapat beberapa bongkahan batu ditengah tengah sawah warga. Entah bagaimana caranya mereka mengolah tanahnya, tapi menurutku itu cukup rumit karena letak batu batu itu yang berdekatan dan begitu banyak.
Yah, sebelum memasuki kawasan wisatanya, akan ada suguhan sungai dengan air yang begitu hijau, sangat sejuk kelihatan. Apalagi menatapnya pas puasa, akan berkurang dahaga apabila berada di tempat ini.
Tibalah kami digerbang leang lonrong. Terlihat rumah panggung dengan jejeran motor didepannya. Juga ada sebuah warung yang ternyata itu adalah lokasi pembelian karcisnya. Biaya masuk yang tergolong sangat murah yaitu kisaran Rp. 2000 untuk satu orang. Lokasinya memang tidak terlalu mewah, karena warga sekitar kabupaten pangkep memanfaatkan tempat ini untuk mandi, berenang sekaligus berwisata saja. Beberapa dari pengunjung yang pada hari itu minggu 03/01/2016 membawa rantangan untuk disantap bersama keluarga mereka.
Jalan setapak terbuat dari beton, hingga memudahkan pejalan kaki untuk mengakses leang (mulut gua). Setelah mencapai lokasi inti. Cepret. Gambar pun dengan sigap masuk di memori telephone. Dari pengunjung yang kira kira kisaran seratusan lebih itu ada yang menikmati jagung bakar, bekal mereka, ada yang berenang sambil menggunakan ban karet yang disewakan, ada yang hanya sekedar selfie ada juga yang hanya berendam tanpa melakukan apa apa (meditasi kali).
Pemandangan alami pun terasa. Dari beberapa tempat peristirahatan yang tersedia, kami memilih untuk berada di mulut leang. Sembari menelusuri leang yang berjarak beberapa meter kedalam. Gelap, dengan suara gemuruh air. Itu yang kami rasakan. Tekstur gua sangat menarik, hingga kami dihadapkan pada sebuah batu yang menampakkan kilauan berlian apabila terkena cahaya. Tak lupa kembali menjadikan batu itu background untuk foto.
Kami tak sempat menikmati dinginnya air dengan mandi karena hari sudah sore. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali. Dari 4 rencana kunjungan hanya dua yang terealisasi. Lapangan golf dan sumpang bita ditunda dulu karena waktu yang terbatas. Break untuk sore ini rumah ridwan yang ada tidak nauh dari lokasi ini "Dusun Majannang Pangkep" menikmati beberapa suguhan kue manarik untuk mengisi perut yang sedari tadi lapar ini 😁 😆.
Pangkep, 03 Januari 2016
EmoticonEmoticon