Teriakan itu masih terngiang di telinga. Persepsi, pendapat, kata kata yang tinggi dan pemikiran yang kuat menjadikan mereka terlihat hebat di ruangan itu. Subhanallah, ya! itu mereka para aktivis kampus. dengan gagahnya mereka membusungkan dada mempertahankan pendapatnya. Menunjuk dan menyalahkan kami sebagai orang awam, bertanya kepada kami tentang kenapa kami memilih suatu hal, sedangkan mereka sendiri tidak memperdulikan kebesaran apa yang mereka pilih. Pasti setiap orang memilih karena ada alasan. kita dikaruniai mata untuk bisa mengamati mana yang baik dan yang buruk.
Pada saat mengajukan pendapat, menurut saya ada baiknya tetap mempertahankan etika yang baik dan sopan bukan mengedepankan kekuatan fisik. Apalagi sebagai senior baik itu dalam organisasi ataupun jenjang tingkatan, Pasti mereka sudah tidak asing lagi dengan didikan etika seperti itu (Mahasiswa loh). Bisa tidak memberikan contoh yang lebih baik agar mudah untuk dicontoh dan kemudian diaplikasikan kedalam diri kami sebagai orang awam. Seperti seorang anak yang dididik oleh orang tua dengan didikan yang keras (didikan militer) akan membentuk pemikiran dan watak yang keras pula pada anaknya Begitupun sebaliknya, kami akan lebih mudah mencerna makanan apabila makanan itu tidak keras seperti es batu :D
Pembeberan aib sudah menjadi pembahasan utama yang melenceng dari tema musyawarah besar itu. hanya itu yang bisa kami lihat sebagai mahasiswa yang masih awam. ketua sebelumnya yang masih kurang menghargai ide pengurusnya begitupun dengan pengurus yang masih tidak menghargai keputusan yang diambil oleh ketuanya.
Membeberkan aib seseorang / menceritakan keburukan orang lain kita tahu itu adalah perbuatan dosa, saya bukan pemuka agama yang bisa menentukan kalau itu dosa atau bukan. Tapi sebagai umat beragama sudah pasti kita sering mendengar ceramah yang tentang menceritakan aib orang lain, bercerita tentang kebaikannya saja sudah dosa apalagi berbicara tentang keburukan. bercerita kebaikan / terkesan memuji akan melahirkan kesombongan dan menganggap diri selalu lebih dan menganggap remeh orang lain. Islam tidak mendidik kita untuk memakan bangkai saudara kita sendiri.
Sebagai mahasiswa yang berada dalam sekolah tinggi yang berbasis islam, apalagi organisasi yang ada hubungannya dengan islam baik itu dari nama organisasi itu sendiri maupun dari tujuan organisasi itu, tidaklah etis berkoar koar dengan pikiran sendiri tanpa mengedepankan akhlak.
"Pemimpin yang kurang menghargai ide pengurusnya begitupun dengan pengurus yang tidak menghargai keputusan yang diambil oleh pemimpinya"
Keganjalan inilah yang membuat saya menyimpulkan bahwa tidak adanya tindakan saling menghargai dari kedua belah pihak.
Kebutuhan dihargai sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menunjukan eksistensi dirinya. apabila eksistensi tersebut telah dicapai maka akan melahirkan kepuasan. dan kepuasan itu adalah ujung dari kecupan rasa yang ingin dinikmati.
Tamparan yang besar untuk kepengurusan selanjutnya, semoga bisa saling bersahabat antar pengurus menjauhkan kepentingan sendiri dan menjauhkan tindakan tidak saling menghargai untuk mewujudkan tujuan dari organisasi itu.
#lingkar pandang saya (tidak memihak kepada keduanya dan not join to all organisation')
EmoticonEmoticon