Sumpang Bita in the weekend

22:15

Pemandangan di dalam Sumpang Bita
Taman prasejarah Sumpang Bita terletak di desa Sumpang Bita Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep kepulauan Pangkajenne. Tempat yang sangat asri diatas daerah pegunungan yang ditemukan oleh salah satu warga setempat yang bernama Lantara dg. Padduni pada tahun 1974. Kemudian dikembangakan oleh badan arkeolog Universitas Hasanuddin.

Letaknya tak begitu jauh dari Makassar hanya sekitar 55 km dari pusat kota di Sulawesi Selatan  dan merupakan pusat kota bagi Indonesia bagian timur. Ketika start dari Maros, kabupaten terdekat dengan Pangkep selain Barru, jarak tempuh sekitar 40 menit. Berkendara ke arah utara pulau Sulawesi ini kita melalui jalan trans sulawesi yang menghubungkan daerah daerah sekitar yang ada di Sulawesi Selatan. Meskipun masih banyak warga yang belum memberikan kewenangan pada pemerintah mengenai lahannya yang berada di pinggir jalan untuk dijadikan jalan utama, ini salah satu pemkamingan yang kurang mengesankan pagi para pelancong yang pasti melalui jalan ini. Laksana menulis dengan pulpen yang macet tintanya kadang keluar kadang tidak. Begitulah kondisi jalan trans sulawesi ini, terutama pada perbatasan Maros dengan Pangkep.

Puncak tangga. dengan pagar pengunjung dilarang masuk
Setelah melintasi jalan raya. Kearah kanan dengan memasuki kawasan Tonasa satu yang merupakan salah satu pemproduksi semen terbesar di Sulawesi selatan selain yang lainnya yaitu Bosowa. Sekitar kira kira 15 menit menelusuri kompleks ini kita menyaksikan perumahan warga sekitar yang berada di kaki gunung, gereja, mesjid serta sekolah dan lapangan seakan mengiringi perjalanan di siang ini. Sampai deperduaan belok kanan kearah Balocci karena disebelah kirinya mengearah ke Batunapara.
Sebelum sampai kemulut taman prasejarah Sumpang Bita, dibawah terdapat sebuah tembok yang bertuliskan selamat datang di Taman Prasejarah Sumpang Bita. Kondisi jalan yang mengharuskan kita meninggikan gas kendaraan karena tempat yang akan kita tuju berada di daerah perbukitan dan gunung . Walaupun demikian kami akan terpana dengan pemandangan yang luar biasa indah pada saat sampai di mulut taman. Sesaat ketika menyaksikan dari luar perut saya tiba tiba lapar setelah sedikit melirik jalan yang berada di dalam pagar tembok dan besi dari luar akhirnya saya dan teman teman memutuskan dulu untuk membeli makanan pada warung warung di depan pintu gerbang sebagai bekal untuk makan didalam. Padahal didalam juga terdapat pedagang yang menjajakan makanan makanan ringan. Tapi sebagai orang baru kan kami tidak tahu. Terdapat sekitar tiga warung diluar dan empat pedagang didalam yang mungkin setiap hari berada ditempat bukti sejarah itu.

Setelah mengeluarkan kocekan dengan harga yang relatif terjangkau yaitu sekitar Rp. 5000 untuk membayar satu harga karcis. Kami disuguhkan dengan pemandangan yang indah. Kondisi jalan dengan batako yang lumayan lebar merupakan tempat yang cocok untuk joging. Selain itu mungkin tempat ini dijadikan tempat olahraga bagi warga sekitar karena didalam ternyata terdapat lapangan volley ball dan sepak takraw. Disamping itu terdapat rumah kayu yang kokoh yang dijadikan sebagai pusat informasi dengan unkuran kira kira tujuh kali lima meter. Sayang disaat kunjunganku pada hari itu rumah itu kelihatan kosong dan tertutup. Terdapat pula sebuah rumah yang dengan bentuk sama namun ukurannya yang lebih kecil mungkin dijadikan sebagai tempat penginapan. Juga terdapat dua bangunan beton dengan warna yang lembut namun sayang tidak terlalu terawat, padahal dari tampaknya bangunan tersebut baru dibangun. Pada sisi barat bangunan itu terdapat mushalla yang juga dalam keadaan tidak layak untuk ditempati sholat selain di sisi utaranya terdapat wc pria dan wanita yang cukup luas dengan kondisi gelap karena lampu dan airnya tidak menyala.Fasilitas yang saya rasa kurang memadai ditempat ini adalah penempatan tempat sampah yang sangat kurang. 


-          Air Terjun Mini
Sampai ditempat tempat yang agak tinggi terdapat sebuah air terjun mini. Dan di sekitar  area itu juga terdapat tiga balai balai tempat peristirahatan yang sejuk dan rindang. Air terjun yang dibawahnya terdapat kolam yang kering pada musim kemarau karena kondisi digit air yang berkurang karena hujan yang tak kunjung muncul. Disekitar area itu pula terdapat pedagang makanan ringan yang menjajakan minuman dan kerupuk kerupuk sebagai pelepas dahaga. Dua jalur yang digunakan pengujung untuk menggapai tempat menarik pertama menarik diobjek wisata ini. Dengan menaiki anak tangga yang jumlahnya tak kami hitung itu warnanya sudah agak kusam karena tempat ini mulai dibangun pada tahun 1983 sampai 1987, sekitar 4 tahun tahap pencerahan tempat ini dan diresmikan pada tanggal 30 Maret 1987 oleh Mendikbud RI Prof, Dr. Haryati Subadio.

Gua Bulu Sumi (Bulu Sumi Cave)
Mungkin bulu sumi ini = kumis (bahasa bugis=Indonesia)  Merupakan gua yang letaknya 100 meter dari Pertigaan perjalanan yang menghubungkan entah berapa anak tangga, untuk menuju gua yang lebih dekat dari gua Sumpang Bita=200 meter. Pagar merah yang terbuka dengan
 kedalaman gua yang bisa digapai mungkin 5 - 7 meter kedalam dari arah pagar.

-          Gua Sumpang Bita
Manapaki anak tangga tak kunjung habis itu entah berujung dimana terdapat beberapa pasangan muda mudi yang terpergok sedang berdua duaan ditempat sepi. Entah apa yang mereka perbuat walahu alam. Hanya tuhan yang melihat. Akhirnya sampai di perduaan yang membingungkan kami untuk memilih jalan yang mana. Antara cave Bulusimi dan meneruskan langkah ke ujung anak tangga yang berada diketinggian yang sangat tinggi dan berujung pada mulut Gua Sumpang Bita. Tapi sayang beribu sayang setelah sampai dengan keringat yang bercucuran membasahi pakaian karena kami tergesa gesa sangat ingin mencapai puncak sampai pada balai terakhir dan sepasang kekasih terakhir yang kami jumpai ditempat ini terpampang seonggok pagar dengan cat warna merah gelap yang terbuat dari kayu selebar kira kira lima centimeter pada setiap tangkai yang ditancapkan dengan paku pada sepasang balok yang lainnya. Terdapat dua buah pagar seperti ini yang satu terpasang dari ujung mulut gua yang ditengahnya terdapat gembok dan rantai yang menyatukan keduanya. Setelah melirik sedikit kearah dalam gua itu sangat menarik untuk bisa memasukinya. Tapi sayang tak ada petugas sekitar yang bisa dimintai tolong untuk membukanya. Akhirnya niat kami pun dibatalkan dengan perasaan yang kurang puas. Dan kembali menyusuri anak tangga satu persatu yang cukup membuat pergelangan kaki agak sedikit pegal ini. Setelah sampai didasar gunung dengan perasaan lega karena telah menghilangkan penak sejenak dan dengan pose yang sudah cukup karena baterey low kami pun memutuskan untuk kembali pulang. Tapi sayang ban motor bocor dan terpaksa harus diganti di bengkel yang cukup agak sedikit jauh dari tempat wisata ini. karena tak sempat membeli oleh oleh, kami simpan saja oleh oleh pengalaman yang mengisahkan ruang di otak untuk dalam perjalanan hidup yang sangat berharga.

Gua Sumpang Bita (Perjalanan kedua 2015)
Akhirnya bisa memasuki gua dengan mendapat petunjuk dari guru sejarah yang kebetulan pada hari itu 01 Maret 2015 mendaki dan mencapai puncak bersama kami. ternyata ada jalan diseblah kiri gerbang, dengan sedikit memanjat akhirnya sampai dialam gua dengan suguhan lukisan babi rusa, sampan terdapat lukisan babu dua ekor dengan posisi kepala dibawah, dan cap tangan negatif (hand stencil berwarna merah dan yang sangat menarik. Jujur saya akui baru pertama melihat cap tangan seperti ini. kedalaman gua 50 meter ukuran mulut gua tinggi 10 meter dan lebar 14 meter


Mitos Masyarakat
Sepulang dari Sumpang Bita beberapa hari setelahnya, mungkin kisaran satu minggu teman saya mendengar mitos bahwa siapa saja yang berfoto di bawah pohon mangga atau di sekitar jembatan yang ada kolamnya yang mengelilingi ia akan putus dengan pasangan atau pacarnya. Sepintas pemikiran itu jauh dari pandangan kami karena kami anggap itu mitos. Tapi dengan adanya kasus teman saya ‘yudha, harus berpisah dengan pacarnya seminggu setelah weekend kami ini dengan alasan tertentu. Adapun mungkin hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan yang kuat untuk suatu hubungan, tapi bisa saja mitos masyarakat itu nyata.  Entah mau percaya atau tidak. Soalnya sayang sekali kalau tidak menyempatkan mengambil gambar di objek yang sangat menarik itu dimana air dikolamnya kelihatan agak kekuning kuningan, mungkin keruh atau apalah.kasus yang lain pula. Teman saya si Titi harus mengalami problema cinta dengan pacarnya katanya si setelah berpose juga di tengah kolam ini. Tapi ini semua tidak bisa dijadikan landasan yang kuat untuk kokohnya suatu hubungan, tergantung kedua pelaku dalam hubungan, apakah mereka bisa saling mempercayai dan terus membangun ikatan mereka atau melepaskannya begitu saja. so up to you. jalanmu bukan jalanku kayak lirik lagu saja. Pesan yang paling penting di pembahasan ini adalah jangan telalu percaya pada mitos, tapi jangan juga menyepelekannya. oke, always keep fighting.


Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar

Like this ya