Sembari menghirup udara segar
pagi ini. Mengawali langkah yang masih
tertatih berjalan menyusuri hidup yang masih belum pasti arah dan tujuan. Lekuk
bumi yang sama saja, daratan, lautan, lembah, rawa, air terjun, bebatuan masih
sama, masih ada, masih setia menghiasi bumi yang sudah renta ini.
Pesona Indonesia selalu
menawarkan hal yang indah dan menarik untuk menghias retina dan menyejukkan
kalbu. Awan yang surut tergulung dan terhanyut dalam lautan langi yang maha
luas. Mengganti malam dengan cahaya surya dari ufuk timur. Selamat pagi, Assalamu alaikum bumi.
Pagi ini kami akan melakukan
perjalanan menuju air Terjun Parangloe, yang terletak di Kabupaten Gowa. Dari Maros,
kami mengambil jalur alternatif yang dianggap bisa lebih efisien waktu. Dari
arah Maros kota, belok kiri mengambil jalur menuju Kostrad Kariango,
selanjutnya menuju Carangki, Sipur dan lewat dari jalur yang seharusnya. Di
jalur yang salah ini, tiba tiba kesalahan teknis menghadang, ban motor Kahfi
bocor dan harus ditambal. Smbari menunggu waktu tambal, kami menyempatkan
bertanya kepada orang sekitar tentang jalur alternatif menuju air terjun
Parangloe. Ternyata benar, jalur yang
kami lalui sedikit lewat sekitar 3 km. Akhirnya kami kembali setelah ban motor
Kahfi ditambal. Selanjutnya dengan
memanfaatkan petunjuk dari GPS yang
sengaja kami nyalakan, kami memasuki wilayah kabupaten Gowa yang disuguhi
dengan hijaunya pepohonan di kiri dan kanan jalan umum.
Kondisi jalan yang sudah dibeton
membantu perjalanan sedikit lebih cepat, hanya pada bagian tertentu saja yang
masih pengerasan. Sebelum memasuki lorong terakhir, disana terpampang spanduk
berukuran besar yang isinya menginformasikan bahwa air terjun parangloe ditutup.
Tapi setelah membaca keterangan dari beberapa website, air terjun tersebut
memang tidak pernah dibuka. Tapi setelah mendapat informasi dari warga sekitar
boleh saja memasuki lokasi tersebut, asalkan ingat “Hati – hati”, Air bah bisa saja datang tiba tiba, apalagi
kondisi musim hujan seperti saat itu. Kami hanya memperbaiki niat dan
menyerahkan semua sama Allah, yang penting niat kita kesana tidak untuk
maksiat, menjudge, apalagi merusak, kami yakin tidak akan terjadi apa apa, yang
penting sudah berserah diri saja sama Allah sang pemilik kekuasaan.
Tiba pada tanjakan terakhir
menuju air terjun, kondisi jalan sudah lebih parah dari sebelumnya, bebatauan
yang sudah semakin besar, mengharuskan kami memarkir motor dan sedikit menggerakan
otot kaki. Sekitar 300 meter mendaki ada jalur ke kanan, kondisi jalan tidak
begitu memadai untuk highhills, sebaiknya memakai sepatu boot.
Gemuruh air telah terdengar,
menandakan lokasi sudah semakin dekat, sesampainya di lokasi kami berada
ditebing yang dibawah terlihat susunan batu yang diatasnya melekat air yang
silih berganti, terlihat biasan putih kala air mengalir deras. Dan suara
gemuruh kian berlagak kala air memecah bebatuan. Terdapat dua susunan tinggi
pada air terjun ini. Kami memilih air terjun pada susunan paling bawah, susunannya
lebih jelas, terlihat seperti benteng yang sudah rubuh. Dan arah air terjun ke
segala arah menambah keelokan air terjun parangloe ini. Sungguh manis suasana
yang ditawarkan, seolah mengajak kami berlama lama disini. Kesejukan yang
ditawarkan seolah menghapus semua cerita mistis yang mereka ceritakan. Ini
ciptaan tuhan, harusnya disyukuri, bukan ditakuti.
Setelah puas mengexplore air
terjun Parangloe, memanfaatkan waktu yang tersisa di hari kedua Januari 2017
ini, Kahfi kembali mengganti ban motor yang bocor tadi. Mungkin tambalnya tidak
begitu kuat, dan ia memutuskan untuk mengganti ban dalam. This is your ban day.
Haha.
Budi yang mempunyai masalah
dengan giginya mengajaknya berdamai dengan tidur di naungan pos ronda warga
dusun sekitar. Dari titik point saat ini, tersisa sekitar 7 kilometer untuk
menuju bendungan bili bili. Sebuah pemandangan yang jarang kami temui di Maros
Pangkep. Awalnya kami memasuki kawasan kuliner bili bili, kami kira ini akses
menuju bendungan, ternyata bukan. Waduh, pantas saja banyak asap mengepul yang
mengeluarkan aroma sedap yang membuat perut teriak riang. Maaf saja, disini
bukan tempat yang cocok untuk anak muda yang minim dana seperti kami. Tadi
sudah diisi dengan bakso yang ada di Parangloe, itu sudah lebih dari cukup
untuk bertahan sampai sore.
Setelah berjalan kembali ke arah
Makassar dari arah poros Malino, Akhirnya ketemu juga, parkir yang hanya
diperbolehkan di depan gerbang membuat para pengunjung menikmati keindahan yang
ditawarkan disini dengan berjalan kaki. Betul, bebas polusi lebih baik untuk
paru paru. Hembusan angin yang alami dari arah air yang dibendung seolah
memanjakan keempat anak muda untuk segera mengambil pose berfoto.
Bendungan yang cukup panjang ini tidak kami jelajahi seluruhnya, hanya sampai
ke pertengahan. Itupun sudah memberi kesan pada retina dan memori hari ini. Luar
biasa perancangan dan pengelolaannya. Pengujung yang datang rata – rata adalah
mereka yang telah menghabiskan waktunya di Malino. Adapun motor yang berlalu adalah motor warga
yang ada diseberang bendungan. Mereka membawa sayuran yang berasal dari
perkebunan subur di tanah subur ini.
Hari ini cukup dua tempat menarik
yang mengisi memori catatan perjalanan kami. Indah untuk dipandang dan berkesan
untuk dikenang. Tak lupa membeli oleh oleh rambutan yang berjejer semenanjung
jalan dari Malino ini, lagi musimnya.
EmoticonEmoticon