Pesona Parangloe Waterfall dan Bendungan Bili bili

17:45
Ini kisah hari ini
Sembari menghirup udara segar pagi ini.  Mengawali langkah yang masih tertatih berjalan menyusuri hidup yang masih belum pasti arah dan tujuan. Lekuk bumi yang sama saja, daratan, lautan, lembah, rawa, air terjun, bebatuan masih sama, masih ada, masih setia menghiasi bumi yang sudah renta ini.



Pesona Indonesia selalu menawarkan hal yang indah dan menarik untuk menghias retina dan menyejukkan kalbu. Awan yang surut tergulung dan terhanyut dalam lautan langi yang maha luas. Mengganti malam dengan cahaya surya dari ufuk timur.  Selamat pagi, Assalamu alaikum bumi.



Pagi ini kami akan melakukan perjalanan menuju air Terjun Parangloe, yang terletak di Kabupaten Gowa. Dari Maros, kami mengambil jalur alternatif yang dianggap bisa lebih efisien waktu. Dari arah Maros kota, belok kiri mengambil jalur menuju Kostrad Kariango, selanjutnya menuju Carangki, Sipur dan lewat dari jalur yang seharusnya. Di jalur yang salah ini, tiba tiba kesalahan teknis menghadang, ban motor Kahfi bocor dan harus ditambal. Smbari menunggu waktu tambal, kami menyempatkan bertanya kepada orang sekitar tentang jalur alternatif menuju air terjun Parangloe. Ternyata benar,  jalur yang kami lalui sedikit lewat sekitar 3 km. Akhirnya kami kembali setelah ban motor Kahfi ditambal.  Selanjutnya dengan memanfaatkan petunjuk dari GPS  yang sengaja kami nyalakan, kami memasuki wilayah kabupaten Gowa yang disuguhi dengan hijaunya pepohonan di kiri dan kanan jalan umum.





Kondisi jalan yang sudah dibeton membantu perjalanan sedikit lebih cepat, hanya pada bagian tertentu saja yang masih pengerasan. Sebelum memasuki lorong terakhir, disana terpampang spanduk berukuran besar yang isinya menginformasikan bahwa air terjun parangloe ditutup. Tapi setelah membaca keterangan dari beberapa website, air terjun tersebut memang tidak pernah dibuka. Tapi setelah mendapat informasi dari warga sekitar boleh saja memasuki lokasi tersebut, asalkan ingat “Hati – hati”,  Air bah bisa saja datang tiba tiba, apalagi kondisi musim hujan seperti saat itu. Kami hanya memperbaiki niat dan menyerahkan semua sama Allah, yang penting niat kita kesana tidak untuk maksiat, menjudge, apalagi merusak, kami yakin tidak akan terjadi apa apa, yang penting sudah berserah diri saja sama Allah sang pemilik kekuasaan.



Tiba pada tanjakan terakhir menuju air terjun, kondisi jalan sudah lebih parah dari sebelumnya, bebatauan yang sudah semakin besar, mengharuskan kami memarkir motor dan sedikit menggerakan otot kaki. Sekitar 300 meter mendaki ada jalur ke kanan, kondisi jalan tidak begitu memadai untuk highhills, sebaiknya memakai sepatu boot.



Gemuruh air telah terdengar, menandakan lokasi sudah semakin dekat, sesampainya di lokasi kami berada ditebing yang dibawah terlihat susunan batu yang diatasnya melekat air yang silih berganti, terlihat biasan putih kala air mengalir deras. Dan suara gemuruh kian berlagak kala air memecah bebatuan. Terdapat dua susunan tinggi pada air terjun ini. Kami memilih air terjun pada susunan paling bawah, susunannya lebih jelas, terlihat seperti benteng yang sudah rubuh. Dan arah air terjun ke segala arah menambah keelokan air terjun parangloe ini. Sungguh manis suasana yang ditawarkan, seolah mengajak kami berlama lama disini. Kesejukan yang ditawarkan seolah menghapus semua cerita mistis yang mereka ceritakan. Ini ciptaan tuhan, harusnya disyukuri, bukan ditakuti.



Setelah puas mengexplore air terjun Parangloe, memanfaatkan waktu yang tersisa di hari kedua Januari 2017 ini, Kahfi kembali mengganti ban motor yang bocor tadi. Mungkin tambalnya tidak begitu kuat, dan ia memutuskan untuk mengganti ban dalam. This is your ban day. Haha.



Budi yang mempunyai masalah dengan giginya mengajaknya berdamai dengan tidur di naungan pos ronda warga dusun sekitar. Dari titik point saat ini, tersisa sekitar 7 kilometer untuk menuju bendungan bili bili. Sebuah pemandangan yang jarang kami temui di Maros Pangkep. Awalnya kami memasuki kawasan kuliner bili bili, kami kira ini akses menuju bendungan, ternyata bukan. Waduh, pantas saja banyak asap mengepul yang mengeluarkan aroma sedap yang membuat perut teriak riang. Maaf saja, disini bukan tempat yang cocok untuk anak muda yang minim dana seperti kami. Tadi sudah diisi dengan bakso yang ada di Parangloe, itu sudah lebih dari cukup untuk bertahan sampai sore.



Setelah berjalan kembali ke arah Makassar dari arah poros Malino, Akhirnya ketemu juga, parkir yang hanya diperbolehkan di depan gerbang membuat para pengunjung menikmati keindahan yang ditawarkan disini dengan berjalan kaki. Betul, bebas polusi lebih baik untuk paru paru. Hembusan angin yang alami dari arah air yang dibendung seolah memanjakan keempat anak muda untuk segera mengambil pose berfoto.



Bendungan yang cukup panjang ini  tidak kami jelajahi seluruhnya, hanya sampai ke pertengahan. Itupun sudah memberi kesan pada retina dan memori hari ini. Luar biasa perancangan dan pengelolaannya. Pengujung yang datang rata – rata adalah mereka yang telah menghabiskan waktunya di Malino.  Adapun motor yang berlalu adalah motor warga yang ada diseberang bendungan. Mereka membawa sayuran yang berasal dari perkebunan subur di tanah subur ini.



Hari ini cukup dua tempat menarik yang mengisi memori catatan perjalanan kami. Indah untuk dipandang dan berkesan untuk dikenang. Tak lupa membeli oleh oleh rambutan yang berjejer semenanjung jalan dari Malino ini, lagi musimnya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Like this ya