Minggu, 31 Januari 2016. Kembali kami mengikuti hembusan
angin yang mengajak ke salah satu pulau yang dekat dengan pusat keramaian
Makassar. Pulau Samalona. Seperti itu orang menyebutnya. Kami bertujuh berangkat sekitar pukul 09.40,
molor dari rencana awal yang katanya tepat pukul 09.00.
Dermaga |
Setelah berkendara sekitar mungkin satu jam. Tiba di dermaga kayu bangkoa yang digunakan sebagai akses keluar masuk warga pulau
yang ingin ke kota begitupun sebaliknya warga kota yang hendak berwisata ke
pulau yang ada di sekitaran perairan Makassar.
Terlihat dari
keramaian pelabuhan ini beberapa warga berlalu lalang sambil membawa tas besar,
mungkin saja warga pulau yang ingin mengadu nasib dikota. Juga terdapat beberapa
pemuda pemudi dengan gaya ala – ala traveler yang sedang sibuk mengurus
keberangkatan mereka. Ada pula warga diatas perahu yang hendak mengangkat kotak
putih yang terbuat dari gabus, yang berisikan ikan. Entah ikan cakalang, bolu
atau udang. Mungkin saja akan dijual kekota yang masyarakatnya suka
mengkonsumsi hewan laut ini.
Meskipun tidak beranjak dari kapalnya beberapa penada pun
berlomba untuk mengambil gabus putih itu, mungkin saja ada yang hanya perantara
ataupun ada pagandeng (penjual keliling) yang langsung membeli untuk dijajakan
ke masyarakat.
Suasana di pelabuhan ini sangat bising. Dan di pesisir
pelabuhan ada beberapa warung yang menjual makanan, (nasi dus dan cemilan).
Kami sempatkan untuk belanja beberapa cemilan yang dijadikan bekal pada saat
sampai di pulau nantinya..
Setelah Ibu ibu ini puas membeli cemilan dan kami hanya menikmatinya,
saatnya memasang satu kacamata ala bajak laut. Pada hari itu kesepakatan
singkat mengenai biaya kapal ke pulau samalona antara yudi (pemilik kapal) dan
Rina (ibu-ibu tadi) senilai Rp. 400.000 pulang pergi. Dan kami menikmati
perjalanan yang singkat diatas kapal. Dan sempat singga di pulau lae lae untuk
mengisi bahan bakar.
Beberapa menit kemudian, akhirnya kapal sandar di pulau
tujuan. Samalona island. Kami bergantian menuruni kapal yang menjadi kendaraan
menyerupai odong odong. Sebutan odong –
odong ini karena gelombang ombak yang mendayu dayu.
Yang Bisa dinikmati
di pulau samalona .
Pasir putih, tumbuhan hijau dan pemandangan yang indah.
Subhanallah maha besar Allah dengan segala ciptaanya.
Beberapa orang sedang sibuk diving di pesisir pantai lengkap
dengan kacamata, dan baju renanngya. Juga terdapat gerombolan anak muda yang
sepertinya tentara muda yang berlibur sedang bersepak bola. Percikan pasir
putih ikut terangkat saat bola disepak. Teringat saat main sepak bola di sawah
percikan lumpur yang ikut. :D.
Jika tidak ingin menggunakan villa, beberapa pengunjung juga
memanfaatkan gazebo yang terbuat dari bambu untuk beristirahat. Di bawah
teduhnya pohon, sangat asik untuk menikmati ikan bakar, disantap lalu renang.
Setelah menemukan tempat peristirahatan *sementara. Dan hal yang wajib dilakukan
ketika mengunjungi suatu tempat adalah berfoto. Dengan backround birunya laut
dibawah naungan birunya langit dan pandangan yang tiada batas diufuk barat jadi
tempat yang asik untuk diabadikan dan dijadikan kenangan kelak. Latar pasir
putih ini juga menjadi saksi bagi alaynya gaya ibu ibu tadi ^_^.
Menyusuri kehidupan beberapa penduduk di sini, tak cukup 20
menit kami sudah menjangkau seluruh penjuru pulau ini. Hal yang terpenting
untuk suatu daerah / tujuan destinasi adalah tempat ibadah (masjid/musholah). Tak
terasa waktu dhuhur sudah masuk. Selain berteduh kami ingin meneduhkan hati
dengan kembali mengingat rabb kami. Sang pencipta.
Di tengah tengah pulau
terdapat tempat ibadah yang mungkin lebih cocok disebut mushollah. Dengan
ukurannya yang minimalis kira kira sekitar tiga kali empat meter cukup untuk
beberapa pengunjung yang ingat statusnya sebagai hamba. Bukan hanya penikmat
alam ciptaanya, tapi juga yang senantiasa mensyukuri alam ciptaanya.
Masjid di pulau Samalona |
Pemilik pulau ini, terdiri dari beberapa orang yang berasal dari
beberapa keluarga yang senantiasa menjaga dan melestarikan pulau samalona ini.
Nama nama pemilik pulau ini terpampang pada papan putih diatas dermaga. Juga
terdapat beberapa kuburan yang berada sangat dekat dengan pemukiman warga.
Dibawah dermaga kita bisa menyaksikan beberapa ikan kecil
yang terlihat ceria saat pengunjung mengajaknya berkomunikasi. Di tepi timur
terdapat sebuah kotak yang terbuat dari jaring yang ternyata didalamnya
terdapat anak ikan hiu. Baru kali ini menyaksikan ikan hiu dengan jarak
beberapa centimeter saja. Mungkin saja ini peliharaan warga setempat.
Saat berkunjung ke tempat ini, sediakan beberapa uang
cadangan untuk menyewa beberapa fasilitas yang tentunya tidak gratis. Bagi yang
hendak ke tempat ini berikut beberapa rincian taripnya. Pada bagian tempat
istirahat sediakan Rp. 20.000, Sewa alat kacamata + Selang udara Rp. 20.000,
Kacamata + selang udara + sepatu Rp. 40.000. Sewa kamar mandi Rp. 10.000. belum
termasuk biaya cemilan dsb. Meskipun beberapa butuh biaya, anda tidak akan rugi
karena masih diberi nikmat penglihatan untuk menyaksikan kemegahan alam ciptaan
tuhan dari sudut pandang pulau samalona.
Terumbu karang juga dirawat oleh warga setempat yang bekerja
sama dengan pemerintah. Dan bagi pengunjung
yang suka berwisata air juga
disediakan banana boat dan motor air. Dan diharapkan memakai sepatu ari saat
berenang karena dikhawatirkan terkena bulu babi.
Setelah puas menelusuri surga alam ciptaan Allah swt yang
satu ini, saatnya kembali ke habitat asli. Dan pak Yudi sang pemilik kapal
ternyata sudah menunggu di dermaga.
Perjalanan hari ini akan dicatat di barisan folder memori
internal yang bisa disalin ke memori external untuk dinikmati bersama. Walau
memori external terhapus akan ada media cadangan yang tak akan mungkin dihapus
dalam ingatan kecuali dengan kematian.
Thanks’
Syukron.
EmoticonEmoticon