Pesona Pulau Samalona di Pelupuk Makassar

05:53

Minggu, 31 Januari 2016. Kembali kami mengikuti hembusan angin yang mengajak ke salah satu pulau yang dekat dengan pusat keramaian Makassar. Pulau Samalona. Seperti itu orang menyebutnya.  Kami bertujuh berangkat sekitar pukul 09.40, molor dari rencana awal yang katanya tepat pukul 09.00.

Dermaga
Setelah berkendara sekitar mungkin satu jam. Tiba di dermaga kayu bangkoa yang digunakan sebagai akses keluar masuk warga pulau yang ingin ke kota begitupun sebaliknya warga kota yang hendak berwisata ke pulau yang ada di sekitaran perairan Makassar.

 Terlihat dari keramaian pelabuhan ini beberapa warga berlalu lalang sambil membawa tas besar, mungkin saja warga pulau yang ingin mengadu nasib dikota. Juga terdapat beberapa pemuda pemudi dengan gaya ala – ala traveler yang sedang sibuk mengurus keberangkatan mereka. Ada pula warga diatas perahu yang hendak mengangkat kotak putih yang terbuat dari gabus, yang berisikan ikan. Entah ikan cakalang, bolu atau udang. Mungkin saja akan dijual kekota yang masyarakatnya suka mengkonsumsi hewan laut ini.

Meskipun tidak beranjak dari kapalnya beberapa penada pun berlomba untuk mengambil gabus putih itu, mungkin saja ada yang hanya perantara ataupun ada pagandeng (penjual keliling) yang langsung membeli untuk dijajakan ke masyarakat.

Suasana di pelabuhan ini sangat bising. Dan di pesisir pelabuhan ada beberapa warung yang menjual makanan, (nasi dus dan cemilan). Kami sempatkan untuk belanja beberapa cemilan yang dijadikan bekal pada saat sampai di pulau nantinya..

Setelah Ibu ibu ini puas membeli cemilan dan kami hanya menikmatinya, saatnya memasang satu kacamata ala bajak laut. Pada hari itu kesepakatan singkat mengenai biaya kapal ke pulau samalona antara yudi (pemilik kapal) dan Rina (ibu-ibu tadi) senilai Rp. 400.000 pulang pergi. Dan kami menikmati perjalanan yang singkat diatas kapal. Dan sempat singga di pulau lae lae untuk mengisi bahan bakar.

Beberapa menit kemudian, akhirnya kapal sandar di pulau tujuan. Samalona island. Kami bergantian menuruni kapal yang menjadi kendaraan menyerupai odong  odong. Sebutan odong – odong ini karena gelombang ombak yang mendayu dayu.

Yang Bisa dinikmati di pulau samalona .

Pasir putih, tumbuhan hijau dan pemandangan yang indah. Subhanallah maha besar Allah dengan segala ciptaanya.
Seolah - olah

Beberapa orang sedang sibuk diving di pesisir pantai lengkap dengan kacamata, dan baju renanngya. Juga terdapat gerombolan anak muda yang sepertinya tentara muda yang berlibur sedang bersepak bola. Percikan pasir putih ikut terangkat saat bola disepak. Teringat saat main sepak bola di sawah percikan lumpur yang ikut. :D.

Jika tidak ingin menggunakan villa, beberapa pengunjung juga memanfaatkan gazebo yang terbuat dari bambu untuk beristirahat. Di bawah teduhnya pohon, sangat asik untuk menikmati ikan bakar, disantap lalu renang.

Setelah menemukan tempat peristirahatan *sementara. Dan hal yang wajib dilakukan ketika mengunjungi suatu tempat adalah berfoto. Dengan backround birunya laut dibawah naungan birunya langit dan pandangan yang tiada batas diufuk barat jadi tempat yang asik untuk diabadikan dan dijadikan kenangan kelak. Latar pasir putih ini juga menjadi saksi bagi alaynya gaya ibu ibu tadi ^_^.

Menyusuri kehidupan beberapa penduduk di sini, tak cukup 20 menit kami sudah menjangkau seluruh penjuru pulau ini. Hal yang terpenting untuk suatu daerah / tujuan destinasi adalah tempat ibadah (masjid/musholah). Tak terasa waktu dhuhur sudah masuk. Selain berteduh kami ingin meneduhkan hati dengan kembali mengingat rabb kami. Sang pencipta.
Masjid di pulau Samalona
Di tengah tengah pulau terdapat tempat ibadah yang mungkin lebih cocok disebut mushollah. Dengan ukurannya yang minimalis kira kira sekitar tiga kali empat meter cukup untuk beberapa pengunjung yang ingat statusnya sebagai hamba. Bukan hanya penikmat alam ciptaanya, tapi juga yang senantiasa mensyukuri alam ciptaanya.

Pemilik pulau ini, terdiri dari beberapa orang yang berasal dari beberapa keluarga yang senantiasa menjaga dan melestarikan pulau samalona ini. Nama nama pemilik pulau ini terpampang pada papan putih diatas dermaga. Juga terdapat beberapa kuburan yang berada sangat dekat dengan pemukiman warga.

Dibawah dermaga kita bisa menyaksikan beberapa ikan kecil yang terlihat ceria saat pengunjung mengajaknya berkomunikasi. Di tepi timur terdapat sebuah kotak yang terbuat dari jaring yang ternyata didalamnya terdapat anak ikan hiu. Baru kali ini menyaksikan ikan hiu dengan jarak beberapa centimeter saja. Mungkin saja ini peliharaan warga setempat.

Saat berkunjung ke tempat ini, sediakan beberapa uang cadangan untuk menyewa beberapa fasilitas yang tentunya tidak gratis. Bagi yang hendak ke tempat ini berikut beberapa rincian taripnya. Pada bagian tempat istirahat sediakan Rp. 20.000, Sewa alat kacamata + Selang udara Rp. 20.000, Kacamata + selang udara + sepatu Rp. 40.000. Sewa kamar mandi Rp. 10.000. belum termasuk biaya cemilan dsb. Meskipun beberapa butuh biaya, anda tidak akan rugi karena masih diberi nikmat penglihatan untuk menyaksikan kemegahan alam ciptaan tuhan dari sudut pandang pulau samalona.

Terumbu karang juga dirawat oleh warga setempat yang bekerja sama dengan pemerintah. Dan bagi pengunjung  yang  suka berwisata air juga disediakan banana boat dan motor air. Dan diharapkan memakai sepatu ari saat berenang karena dikhawatirkan terkena bulu babi.

Setelah puas menelusuri surga alam ciptaan Allah swt yang satu ini, saatnya kembali ke habitat asli. Dan pak Yudi sang pemilik kapal ternyata sudah menunggu di dermaga.  

Perjalanan hari ini akan dicatat di barisan folder memori internal yang bisa disalin ke memori external untuk dinikmati bersama. Walau memori external terhapus akan ada media cadangan yang tak akan mungkin dihapus dalam ingatan kecuali dengan kematian.

Thanks’
Syukron.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Like this ya