Jangan menilai isi film hanya dari judulnya. Judul film ini
terdengar sangat bucin. Tapi, yang ditayangkan pada part satu adalah
kebalikannya. Misi mencuri gelang di gedung berlantai 40 itu salah satu adegan
menarik yang cukup memperkuat serial aksi pada film ini. Saya selalu takjub
dengan novel novel karya Tere Liye. Salah satu Karya best seller beliau ini kembali
diangkat kelayar lebar. Tapi saya masih selalu berharap semua karya beliau
dijadikan film agar syiarnya semakin luas, tidak hanya tersampaikan kepada
pembaca tapi kepada semua orang yang notabenenya saat ini lebih suka menonton
daripada membaca (riset pribadi, hehe). Kenapa saya mengharapkan itu, karena
karya bang Darwis Tere Liye ini san
gat sarat akan makna dan disampaikan dengan
sentuhan moral yang dalam, karena berkaitan langsung dengan kehidupan.
Malam ini, Senin 16 Desember 2019 sebuah film “Rembulan
Tenggelam di Wajahmu” meruntuhkan rasa penasaranku. Setelah melihat
beberapa trillernya di instagram saya langsung mendaftarkannya ke list movie
yang dianjurkan untuk ditonton. Meskipun kali ini tidak ditemani sang istri
tercinta karena sedang hamil tua (baca:delapan bulan). Sound bioskop yang bising tidak sehat untuk janin yang sedang
dikandungnya, makanya dia sedang kupuasakan nonton bioskop.
Oke, Langsung saja ke cerita yang dipaparkan di awal adegan
yaitu Raihan yang sudah tua dan berbaring lemah di sebuah rumah sakit yang
tirai jendelanya terbuka menampakkan cahaya rembulan yang langung menerpa
wajahnya. Suasana yang selalu disukai Rei (nama panggilan untuk Reihan). Tiba
Tiba muncul seorang pria yang tidak Rei kenal menawarkan untuk menjawab lima
pertanyaan yang selama ini selalu menggerogoti hati Rei. Orang itu mengulurkan
tangan ke Rei dan menyambutnya. Tiba tiba ia berada disebuah pelabuhan dan
seorang anak remaja berlari kepadanya serta menabrak tubuhnya. ia Kaget, karena
sekarang ia hanya sebuah bayangan dan tidak terlihat oleh orang lain.
Pertanyaan Pertama : Kenapa tuhan menitipku dipanti ini (Kenapa tuhan menitipku di lingkungan ini)
Anak remaja yang berlari itu
adalah Rei ketika masih tingal dipanti Asuhan tidak jauh dari pelabuhan. Ia
berlari setelah berhasil mencuri kue dari jajanan buka puasa seorang ibu ibu kaya
yang mengenakan gelang emas. Diar, Sahabat Rei, sesama anak panti yang
pekerjaan sehari harinya adalah menjaga Toilet yang berada di salah satu tepi
pelabuhan tersebut menerima kue hasil curian Rei, meskipun dia teriak haram,
tapi keinginannya untuk makan kue enak meruntuhkan keyakinan “haram”nya. Dari
hasil curiannya, Rei sering berbagi ke Diar. Karena hanya Diar Sahabatnya di
panti itu.
Disuatu malam, Bapak panti yang
terkenal kejam melabrak anak anak panti yang hendak makan. Ia marah dan
menggebrak meja, bapak panti menanyakan pelaku yang memutus tasbih
kesayangannya yang penuh sejarah. Diar gemetaran, karena dia yang melakukannya.
Tapi karena Rei tidak tega jika Diar yang harus kena pukul, dia menyatakan
bahwa dirinyalah yang melakukan pemutusan tasbih tersebut. Akhirnya bapak panti
memanggilnya masuk ke ruangan dan memukulnya dengan keras, sembari anak anak
panti yang lain mendengar suara pukulan
tersebut dengan rasa takut dan iba, setelah itu, dia dilempar keluar rumah, sedang
diluar tengah hujan deras. Rei tidak diperbolehkan tidur didalam rumah. Diar
membawakan makanan sisa dari anak anak panti yang lain dan disantap lahap oleh
Rei yang sudah sangat kelaparan. Tidak hanya itu, perlakuan keras dari bapak
panti pun semakin sering dilakukan, hingga membuat Rei frustasi dan melakukan
perbuatan terlarang (mencuri uang dan makanan dari donatur yang disimpan
diruangan bapak panti, yang tidak pernah dibagi kepada anak anak panti dari
hasil itu dia ikut berjudi).
Hidup yang keras membuat Rei
selalu bertanya kepada dirinya “Kenapa
tuhan menitipku dipanti ini?” Dia sering menyuruh Diar menanyakannya kepada
tuhan saat diar mengajaknya untuk sholat. Rei memutuskan untuk kabur dari panti
dan hidup disebuah kapal dipelabuhan, karena tidak tahan dengan perlakuan bapak
panti yang berwatak keras dan selalu menyalah
gunakan sumbangan dari donatur. Hingga Akhirnya pertanyaan Rei tentang kenapa
tuhan menitipkannya di pantai itu terjawab ketika Dia kehabisan uang untuk
mengikuti perjudian, dia menghampiri Diar yang hanya seorang penjaga toilet
untuk meminta uang. Sayang, karena Diar tidak memberikannya, dia mencuri uang
disaku celana yang digantung oleh salah seorang pengunjung toilet. Tapi karena
ketahuan, akhirnya Rei melemparkan pakaian tersebut ke Diar. Sembari berlari,
Diar yang panik juga ikut berlari hingga akhirnya warga yang mendengar teriakan
“Ada pencuri” ikut mengejar Rei dan Diar. Karena Diar larinya tidak begitu
cepat akhirnya dia yang menjadi sasaran amukan massa. Diar babak belur dan
masuk rumah sakit, dan dijaga oleh bapak panti.
Esok paginya, Di rumah sakit yang sama, Rei masuk rumah
sakit karena telah ditikam oleh penjahat suruhan lawan main Rei yang kalah di
meja judi. Tidak disangka, ternyata disitulah masa masa sekarat Diar, ia sudah
tidak kuat lagi menahan sakit. Sambil memegang tangan bapak panti, dengan lirih
dia mengatakan “Selamatkan Rei pak, Bukan dia yang memutus tasbih bapak,tapi
Diar paak, Tolong selamatkan Rei”.
Tidak lama kemudian, Diar
menghembuskan nafas terakhirnya dan dijemput ratusan malaikat. Diar selalu
menganggap bahwa Rei adalah pahlawannya. Dari aksi saling melindungi dari kedua
anak ini, berhasil meluluhkan hati seorang bapak panti. Dia Insyaf, dan menyadari
semua kesalahannya, ia tidak melakukan perbuatan memanfaatkan sumbangan donatur
lagi. bapak panti tidak ingin kehilangan keduanya, akhirnya dia juga merawat
Rei sampai pulih total dan membawanya ke kota besar. Ke rumah singgah. Disini
pertanyaan kedua Rei akan terjawab.
Pertanyaan kedua : Apakah Hidup ini adil ?
Rumah Singgah, diisi oleh anak anak yatim juga. Bedanya, ditempat
ini penghuninya lebih bebas berkreasi dan ditempa keahliannya. Rei bertemu
dengan si kembar ode dan oda, Lukman yang jago melukis dan Nathan teman
mengamen Rei yang memiliki suara Emas.
Disini mereka punya tempat ternyaman diatas atap yang menampung cahaya rembulan.
Mereka Lebih leluasa menatap rembulan dan bermain dengan cahayanya. “Pemandangan
di tempat ini tidak terbeli”. Disini tempat Nathan sering latihan bersama teman
temannya, dan tempat Lukman belajar melukis.
Hari berganti hari dan Rei menjalani kehidupan seperti anak
anak lainnya di rumah singgah ini. Dia mendapatkan tempat baru untuk menatap
rembulan setelah pelabuhan yaitu diatas menara air. Dia sering memanjat sendiri
ke atas menara itu sembari merenungi “Apakah hidup ini adil?” Seorang pemuda tertarik
melihat Rei karena kelincahannya memanjat menara walaupun sedang hujan dan tangga
besinya licin. Sebut saja bang ple’. Bang ple’ menanyakan hal, kenapa Rei
begitu mudah memanjat menara itu, Rei hanya mengatakan “Aku tidak takut saja”. Bang
Ple’ Adalah pencuri kelas kakap yang nantinya akan bermitra dengan Rei.
Pada suatu hari, Rei menemukan
Lukman yang menangis di tepi jalan, karena lukisan yang hendak dia bawa ke
pembeli disobek oleh preman. Emosi Rei memuncak dan mendatangi komplotan preman
tersebut. Rei mengamuk dan menghajar semua preman tersebut hingga akhirnya
menimbulkan dendam diantara mereka. Dendam pun berlanjut, ketika preman kembali
menyerang di suatu malam sehabis Rei ngamen. Rei kewalahan menghadapi para
preman itu dan bang Ple’ datang membantunya. Ini kekalahan kedua yang dialami
para preman itu.
Karena selalu mengalami
kekalahan. Preman tersebut mencari cara lain untuk menyakiti Rei, yaitu dengan
menyerang teman temannya. Hari ini Nathan akan tampil di TV karena berhasil
lolos mengikuti audisi bernyanyi. Hari yang ditunggu tunggu itupun tiba. Diperjalanan
menuju lokasi pentas, Nathan,Ode, Oda dan Lukman dicegat dan dianiaya oleh
preman preman itu lagi. hal tersebut membuat Nathan Lumpuh dan kerusakan pada
pita suaranya. Rei kembali naik pitam melihat penderitaan Nathan dan dia
berhasil membunuh salah seorang dari preman tersebut. Atas kasus tersebut, Rei menjadi
buronan, dan bersembunyi di markas bang Ple’. Disitulah ia ditempa untuk menjadi
seorang pencuri kelas kakap. Dan tidak pernah kembali lagi kerumah singgah,
karena menganggap bahwa dirinya hanya akan membahayakan teman temannya.
Misi Rei dan bang Ple’ adalah
mencuri berlian yang berada di salah satu ruangan gedung berlantai 40. Sayang,
pada aksinya kali itu polisi dengan sigap mengagalkan aksi mereka. Meskipun mereka
berhasil kabur, dan berhasil membunuh dua petugas, Rei terkena tembakan polisi
di pahanya. Bang Ple’ dengan sigap melakukan operasi ringan untuk mengeluarkan
peluru yang bersarang di paha Rei. Setelah Rei tidak sadarkan diri. Bang Ple
memungut, potongan koran yang terjatuh dari saku Rei, potongan koran itu selalu
dibawa Rei kemanapun dia pergi. Koran tersebut berisi tentang berita kebakaran
yang menimpa salah satu lokasi di pinggiran kota yang menyebabkan Rei menajadi
yatim piatu. Dan pelakunya adalah bang Ple’ ketika ia masih bergelar sebagai
penjahat kelas ikan teri.
Hal tersebut membuat bang Ple terpukul dan menyesali semua perbuatannya,
ternyata anak yang ikut dengannya adalah anak korban rumah yang dia bakar. Ia menyerahkan
diri ke kepolisian sebagai bentuk pertanggung jawaban atas semua dosa yang dia
lakukan. Sebelumnya ia menembak paha kanannya untuk lebih menyakinkan polisi,
bahwa pelakunya memang benar dia karena terkena bekas tembakan di paha kanannya,
persis seperti yang dialami Rei. Hingga delapan bulan kemudian setelah melalui
proses persidangan bang Ple dijatuhi hukuman mati.
Adapun dengan Nathan yang
kehilangan pita suaranya dan membuatnya lumpuh seumur hidup membuatnya banting
stir, dari seorang pengamen menjadi seorang pencipta lagu. Lukman yang
lukisannya pernah di sobek oleh preman, kemudian menjadi seorang pelukis
terkenal, dia juga selalu menganggap bahwa Rei adalah pahlawannya. Salah satu
lukisannya tentang keindahan cahaya bulan seharga ratusan juta dibeli oleh Rei (Dewasa)
ketika sudah memiliki kantor sendiri (Pada adegan film, Rei sudah dewasa dan
memiliki perusahaan sendiri). Jika saja saat itu preman tersebut tidak menyobek
lukisan Lukman, dan lukman tetap membawanya ke pembeli, mungkin dia akan
mendengar kata kata hinaan dari pembeli lukisan karena memang lukisannya masih
belum mumpuni dan hal tersebut bisa saja menghilangkan rasa percaya dirinya. Tapi
tidak, tuhan selalu maha adil. Dia maha mengatur segalanya, segala apa yang
sedang terjadi dan akan terjadi dengan hambanya. Akhirnya pertanyaan kedua Rei
terjawab.
Adapun pertanyaan ketiga, keempat
dan kelima tidak dibahas dalam film part satu ini. Katanya karena bang Tere
liye tidak ingin kehilangan pesan pesan yang harus disampaikan, dan filmnya akan
sangat panjang jika digabung dalam satu kali tayang. Alasan lain, kenapa dibagi menjadi dua part karena
film yang disutradarai oleh Danial Rifki ini memiliki dua genre yang berbeda,
katanya di part dua akan lebih ke family
home. Sepertinya, judul akan lebih mantul di part dua ini. Kata bang Ody
Mulya, produser film ini, part dua insya allah akan tayang pada bulan maret
tahun 2020. Kami tunggu bang.