Suasana hening, tenang dan damai masihh teringat jelas, ketika menikmati pemandangan di wae merrung ini. duduk ditemani semilir angin sepoi di tengah hutan belantara yang jauh dari rumah dan suasana bising pemukiman warga. Bersatu dengan alam, dan menikmati nyanyian merdu dari burung diiringi musik dari wae merrung yang dalam bahasa bugis adalah air berbunyi.
Benar ketika berada di tempat ini, suara derasnya air mengalir yang terdengar, bukan suara kendaraan yang membuat bising telinga. Air yang berada dari celah gunung batu kemudian mengalir ke celah pegunungan batu lainnya. Telaga ini hanyalah tempat persinggahannya. dikelilingi pohon hijau dan batu disekitarnya. konon kata masyarakat setempat di telaga ini terdapat udang dan beberapa ikan besar yang enak untuk dijadikan lauk. sayang sekali akses untuk menuju telaga yang berwarna biru alami di musim kemarau ini cukup jauh. Membutuhkan waktu tiga jam untuk menggapainya. Tentunya dengan berjalan kaki. Kendaraan tak bisa masuk kesini, karena rintangan awalnya, kita akan melalui hutan nipa yang di beberapa bagiannya terdapat aliran sungai sebagai jalur treknya. Selain sungai anda akan diajak naik dan turun gunung. tidak terlalu tinggi sih, tapi sering. Sekitar tiga belas kali tanjakan dan dua belas turunan. untung saja di beberapa bagian terdapat bonus jalan datar.
Jika ingin melihat perjuangan teman yang gendut berpetualang silahkan ajak kesini. Karena sensasi itulah yang dirasakan Budi, teman kampus yang punya badan cukup besar ini. Mesu'-mesu' dibeberapa bagian terjal untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. sesekali dia membunyikan pluit kala berjalan sendirian karena tertinggal dari rombongan.. Tak ada yang berani menunggunya, karena semua sudah penasaran untuk segera menemui telaga biru ini. dan turunan yang sesungguhnya akan berada tepat di tepi telaga wae merrung ini.
Letak telaga berada di Dusun Tompobalang Kecamatan Bantimurung Kabupaten maros. Bisa ditemui jika mengemudi menuju taman purbakala Leang Leang. Apabila mengendarai motor bisa diparkir di kolom rumah warga yang dijadikan sebagai basecamp langpalang. dan para pengunjung yang hendak masuk diharapkan melapor di sini. Jika takut tersesat, maka anggota komunitas pecinta alam dari dusun ini akan bersedia mengantar, Tapi tidak sampai ke tujuan, cukup setengah jalan saja. karena selama perjalanan anda akan dibantu dengan tanda dari tali rapia yang diikatkan di pohon sebagai penanda jalur.
Sayang sekali, hari disaat berkunjung ketempat ini pada saat musim hujan belum usai. Jadi airnya belum terlalu membiru. Apalagi semalam sebelum kami menginjakan kaki disini hujan sudah sampai lebih dahulu.
Maha kuasa allah yang menciptakan semua ini. Subhanallah. Allahu akbar. Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan (Ar-Rahman)
Perjalanan yang begitu berkesan, ketika kehabisan bekal air minum. Air alami dari gunung yang ada disisi kiri dan kanan perjalanan bisa dimanfaatkan. saran saya bawa bekal yang secukupnya untuk jalan kesini. bekal makanan, doa dan tenaga.
Birunya air di musim kemarau |
Setelah hujan |
Kondisi apabila telah hujan |
Turunan terakhir dan tanjakan pertama saat pulang |