Pantai dengan pasir putihnya. |
Minggu 15 juni 2014, dua minggu sebelum minggu ceria menghadapi ramadhan 1435 Hijriah saya bersama teman berkunjung ke Pulau yang dekat dari ujung barat Kabupaten Maros, yaitu pulau Balang Lompo. Selain liburan salah satu tujuan kami yaitu melihat teman yang sedang ingin bertanding bola menghadapi pemuda lokal dari pulau ini, berhubung sedang piala dunia.
Sekitar 1 jam 30 Menit (kecepatan standar) perjalanan dengan mengandarai Perahu yang memuat sekitar 30 orang rombongan kami melaju dari pesisir sungai maros (Maros Baru, Lekoala') melintasi indahnya gugusan pohon bakau di pesisir sungai serta melihat kegiatan memancing para masyarakat yang tinggal disekitar sungai ini. Sebagai bahan bakar untuk perahu, nahkoda dari perahu ini singga untuk membeli Solar ditempat yang menyerupai pertamina bagi kendaraan darat. disana terdapat beberapa perahu yang sedang mengantri untuk membeli bahan bakar yang sama.
Setibanya dimuara yaitu tempat pertemuan antara sungai dan laut, kita seakan ditakjubkan dengan pemandangan laut sekitar yang sungguh indah, rasa takjub seolah difilm fantasi yang sedang menuju dan tiba diangkasa dengan gugusan bintangnya. Dimuara ini terdapat banyak batang pohon yang merupakan kayu yang hanyut dari sungai Maros. Terdapat batang bambu yang berborong. serta pohon kayu lainnya. Jadi ketika melintasi daerah ini kita harus berhati hati jangan sampai perahu anda tersangkut disalah satu pohon seperti film titanic yang tersangkut di gunung es sehingga perahunya rusak, apalagi ketika melintas dimalam hari yang airnya pasang. Seperti kejadian ketika kami kembali air dimalam hari pada pukul 21.00 air laut sedang surut terpaksa kami harus mendorong perahu kami karena air hanya setinggi lutut. begitu berkesan :D..
Indahnya Pulau ini tergambar dari kehidupan masyarakatnya, dengan rumah tradisional dengan selingan rumah yang sudah modern terjejer rapi dengan jalan setapak mengelilingi pulau yang dibangun oleh pemerintah daerah Pangkajenne Pangkep.
Suasana Pembuatan perahu pun bisa terlihat disekitar rumah warga, biasanya disamping rumah yang diberi tenda agar kayunya tidak mudah basah ketika dalam proses pembuatannya turun hujan. Juga pembuatan jaring ikan (Jala) diibawah pohon yang rindang oleh bapak maupun ibu ibu pulau ini. Waktu senggang dimanfaatkan apabila tidak sedang melaut. kebetulan pada kunjungan kami kali ini pas bulan purnama. jadi masyarakat kurang yang sedang pergi melaut. Mungkin alasannya ikan kurang yang berkumpul kalau sedang bulan purnama karena cahaya lampu kalah dengan cahaya bulan.
Fasilitas pendidikan di pulau ini tidak ketinggalan, Sekolah dasar yang berdekatan dengan aparatur pemerintahan seperti kapolsek, puskesmas, kantor camat dan PLN yang menggunakan tenaga surya. dengan memanfaatkan cahaya surya ini masyarakat bisa menggunakan berbagai peralatan elektronik yang dibeli dari kota. tapi biasanya listrik disiang hari di pulau ini padam. berhubung karena penghematan energi listrik, karena musim tidak menentu, kadang dikemarau yang panas terdapat hujan yang menyelilngi.
Dengan luas pulau sekitar 19 Ha Di kepulauan ini setidaknya ada 120 gugusan pulau, 12 diantaranya
termasuk dalam wilayah administratif kota Makassar seperti pulau
Samalona, Kodingareng Keke, Balang Caddi dan Balang Lompo. Sehingga pemerintah akan terus memberikan perhatian kepada kepulauan kepulauan di Sulawesi Selatan karena bisa dijadikan tempat wisata yang menambah pendapatan daerah.
Objek, kapal nelayan |
Pembuatan jaring (model, Halim/Yudha) |
Objek pengambilan gambar dari atas perahu, Pertemuan sungai dengan laut (Muara) |
Proses pembuatan perahu yang sudah seperdua jadi oleh warga setempat. |
Perahu nelayan |
Tampak dari jauh pulau balang ca'ddi |
EmoticonEmoticon