Musim Hujan telah berlalu, Mengiaskan musim kemarau yang begitu kering, petani yang sedang menggarap sawahnya mengalami kekeringan panjang. Air sungai sudah tidak memungkinkan lagi untuk diisap pompa. Kebiasaan para petani di desa saya adalah dengan memanfaatkan sungai sebagai sumber air untuk dialiri kesawah pada saat musim kemarau. Diwilayah saya (Manjalling Alatengae) musim ini adalah musim yang sangat parah, karena para petani baru saja selesai menggarap sawah, hujan sudah tak kunjung turun. Akibatnya tanah yang padinya baru saja tumbuh akhirnya mengalami kekeringan bahkan sampai retak retak. Meskipun hanya dengan memanfaatkan air yang ada disungai, dengan satu pompa besar milik salah seorang warga, bisa mengaliri beberapa petak sawah milik masyarakat setempat. meskipun dengan bayaran Rp. 20.000 per hekto are. dan bisa dibayar setelah selesai panen. Biasanya masyarakat yang letak sawahnya jauh dari aliran / jalur pompa besar ini, mereka memanfaatkan pompa kecil yang kadang digunakan sebagai mesin penggiling padi (Sampakan). dan menghisap dari sawah yang ada airnya, atau dengan memanfaatkan sungai apabila dekat. Jadwal pengalirannya pun berjarak cukup jauh dan hanya melihat keadaan sawah yang paling dekat dengan aliran pompa. Apabila sudah kering barulah pompa dengan merk kubota ini dimanfaatkan. Salah satu penyebab keringnya sawah pada gambar tersebut adalah bendungan di wilayah Bantimurung ditutup, untuk diarahkan kejalur lain karena pasokan air sudah sangat sedikit maka pembagian alur air dari air terjun bantimurung dikurangi. Salah satu upaya kepala desa dengan mengkomunikasikan kepada pihak PDAM wilayah Bantimurung untuk membagi air kemasyarakat yang ada di aliran sungai ini. karena hanya air ini sumber kehidupan banyak masyarakat. apalagi Maros sebagai salah satu penghasil padi yang besar di wilayah Sulawesi Selatan |
Sawah dengan tanah kering |
di tempat kami 'pun sedang kemarau
ReplyDelete