Ditengah hujan di sore itu. Ada seorang anak yang
masih mengambil kayu bakar dihutan belakang perkampungan. Dengan semangat yang
gigih membantu orang tuanya walaupun hujan mengguyur dia tetap semangat.
Dibawah desah pohon bambu yang terkena angin kencang dia terduduk sejenak
karena ingin menghindari kilat dan guntur yang membuatnya ketakutan. Tiba tiba
suara anak kucing berbunyi dibelakangnya. Kemudian ia menoleh kebelakang dan
diambilnya anak kucing tersebut. Dengan pakaian yang dikenakannya ia membalut anak
kucing yang sudah basah kuyup tersebut.
Setelah hujan reda ia bergegas menuju kerumah sambil menggendong kucing dan kayu yang masih basah. Setibanya dirumah Ali memberikan sedikit pakaian hangat untuk menyelimuti kucing yang bulunya sudah tak tertata rapi itu. Sang ayah bukannya kasihan melihat si anak kucing itu kebasahan kemudian ia melempar kucing tersebut keluar rumah disaat ali sedang mandi. Terlempar sampai ke genangan air berlumpur yang baru saja dibekaskan oleh hujan. Untung saja lumpur itu tidak terlalu dalam sehingga kaki kaki mungil kucing itu masih sempat meraih tanah dan segera keluar dari genangan lumpur itu.
Terlihat wajah kebingunan yang ditimbulkan dari raut
muka ali. Sinta adik ali pun bertanya kepada kakanya “kenapa wajah kakak kebingunan seperti itu? “ “kucing kakak hilang dik’
tadi kakak simpan di kamar kakak, tapi setelah selesai mandi tiba tiba
kucingnya sudah tidak ada” . “mungkin
kucingnya sembunyi kali kak. Kakak dapat dari mana sih kucing malang itu?” “dari hutan dek waktu kakak kehujanan tadi”. Ali
dan sinta kembali mencari kucing itu sampai keluar rumah karena tak sempat
bertanya kepada ayah yang sedang tidur pulas itu.
Dengan langkah yang sudah goyah kucing itu terhenti
dari langkahnya karena mendengar Ali dan
adiknya sedang berjalan di balik pagar rumah tetangganya itu. Karena kucing
masuk kedalam pekarangan salah satu tetangga Ali yang rumahnya mewah dengan
pagar yang besar itu ia berusaha mendengar memperdengarkan suaranya kepada Ali
yang sedang berteriak teriak diluar pagar. Ali dan adiknya pun mendengarnya dan
memastikan bahwa itu adalah kucing yang dicarinya. Setelah sampai di depan
pintu masuk rumah itu malang benar nasib si Ali karena pintu masuk itu terkunci
rapat. Dia memikirkan cara agar bisa masuk kedalam rumah itu dan mengambil
kucingnya kembali.
Didepan rumah tetangganya itu ia melihat pohon mangga
yang tidak terlalu tinggi namun melampaui batas pagar rumah tua itu. Akhirnya
Ali pun memutuskan untuk memanjat pohon yang licin bekas hujan itu. Dan sempat
melompat pada salah satu ujung tangkai pohon untuk masuk kedalam pekarangan
rumah dan menyelamatkan si kucing yang dibalut bulu yang kusut dan kotor itu.
Namun, ali kebingunan untuk bisa keluar. Tak sampai di situ saja akal Ali,
melihat tangga yang tergeletak disamping jendela rumah tua itu Ali pun bergegas
mengambilnya dan merebahkannya pada salah satu sisi pagar itu. Dengan
menggendong si anak kucing ia pun memanjat dan melangkah ke tangkai pohon.
Tapi, sampai di dibatang pohon yang berdiameter seperti ember itu kakinya
tergelincir karena pohon itu masih licin, dan dia pun jatuh terperongsok. Shinta bukannya menolong malah tertawa
terbahak bahak melihat ali jatuh ditimpa kucing pula. Hehehe.
Membawa kucing itu kembali kerumah membuat ayahnya
semakin kesal. Dan kembali berusaha membuang kucing itu. Disaat malam
menghampiri desa itu, Ali yang sudah tertidur nyenyak tak sadar bahwa kucingnya
sudah dibawah oleh ayahnya untuk dibuang ke dalam hutan.
Karena kehilangan arah tak tentu tujuan kucing yang
kecil mungil itu tak kemana mana dengan berselimut dedaunan kering yang ada
disekitarnya dia menghabiskan malam bersama nyanyian para jangkrik yang
menghantarkannya kedalam mimpi Ali. Ali yang sedang tidur nyenyak didalam kamar
yang berukuran 3x4 itu sontak terkejut karena mendapati kucingnya di dalam
mimpi yang tewas mengenaskan didalam hutan. Segera ia mencuci muka dan
mencarinya kedalam seluk seluruh rumah sampai halaman luar. Seolah ditarik oleh
sesuatu Ali berjalan kedalam hutan yang gelap gulita dan tergolong angker apalagi
pada malam hari. Ternyata itu adalah tarikan dari dukun jahat yang tidak sampai
tujuan. Seharusnya bukan Ali yang terkena namun pada saat Ali berjalan di depan
rumahnya untuk mencari si kucing seonggok cahaya kecil tiba tiba terbang dan
menyerangnya sampai ia tak sadarkan diri. Dan, dalam keadaan itulah dia
berjalan kedalam hutan tanpa sepengetahuan ayah dan adiknya.
Melewati selahselah pohon bambu yang bergeming di tiup
angin dingin malam desa Nipa itu dia terus berjalan entah kemana dia diarahkan.
Tiba tiba si kucing terbangung dan melihat sosok anak yang menyelamatkannya
tadi siang. Namun, melihat keadaan Ali yang seperti itu si kucing langusng mengikuti
dan berusaha mengeong sekeras kerasnya. Tapi tak digubris oleh Ali karena telah
terhasut oleh kutukan jahat si dukun.
Ternyata Ali berjalan menuju kejantung hutan yang
didalamnya si dukun mengadakan ritual dengan berbagai peralatan mistik
disekitarnya daun kembang rupa, tulang tulang, dan pisau tajam telah melengkapi
ritualnya malam itu. Tanpa berharap anak laki laki yang datang si dukun kaget
karena targetnya salah malah tetangganya yang kena. Dukun itu terus berpikiran positif dan mengambil alternatif
mengganti korban. Dan anak itu lah yang akan dijadikan tumbalnya. Namun,
mungkin usahanya tidak akan berhasil karena si kucing mungil nan pemberani itu
terus menguntip. Disaat ali segera menuju tempat dimana ia akan dibaringkan. Si
kucing segera melompat keatas tempat yang telah disediakan dukun itu sebagai
tempat duduk untuk sesembahannya. Berlgak bak raja yang disembah, kucing itu
memberi isyarat bahwa dukun harus segera melepaskan anak itu. Karena merasa
percaya dan sangat yakin dengan mahluk yang bertengger pada kursi raja itu
dukun pun mengiyakan dan segera melepaskan Ali dari kutukannya.
Dengan ekspresi terkejut luar biasa, Ali langsung
berseru “wah, kenapa saya ada ditempat
ini?, tempat seperti apa ini?. Saya harus segera pulang dan menemukan kucing
saya.” Ali tak sadar bahwa kucing yang berada dihadapan sang dukun itu
adalah kucing yang dia cari – cari. Karena banyak daun yang menempel pada tubuh
kucing itu menyerupai jubah perang yang digunakan hewan hewan hebat untuk
berperang. Dukun pun segera menyuruh Ali untuk kembali kerumahnya sebelum warga
menemukannya. Ali segera berlari diikuti larian si kucing yang sedari tadi
menghilang pada saat perhatian si dukun beralih kepada Ali. Berusaha mengejar
dan mendekatkan diri kepada Ali. segera Ali memperhatikan baik baik dan seolah
ia mengenali raut wajah kucing itu. Ternyata setelah disentuh daun daun yang
menempel itu segera rontok dan muncul lah sosok mungil lucu dan pemberani yang
dicari carinya itu. Tuhan memang maha melihat, dan maha pemberi balasan. Ternyata
yang menyelamatkannya pada ritual yang hampir saja membunuhnya pada malam itu
adalah kucing yang tadi sore ia selamatkan dan ia temukan juga didalam hutan
itu. Segera Ali merangkulnya dan membawanya kembali kerumahnya. Disaat fajar
menyingsing seolah menghilangkan kisah semalam. Ayah pun bangun dan menuju
kedalam kamar Ali untuk membangungkannya. Namun dia sangat terkejut karena
kembali melihat kucing itu bersama Ali lagi. Ayah Ali telah mengurungkan
niatnya untuk membuang kucing itu karena berpikir bahwa kucing itu memang
sangat disukai oleh anaknya, karena bagaimanapun caranya ia membuang pasti
kembali juga. Bahkan Ayah Ali ikut ikutan suka dan sayang kepada kucing itu dan
dirawatnya dengan kasih sayang sama kepada anak anaknya.