Puisi - Muhasabah Senja

07:03 2
Masih dengan labirin senja. 

Membawa syahdu dalam bayangan. 

Tenggelam di ufuk tanah yang lapang. 

Terlelap dalam kilau cahaya. 



Masih tersesat di labirin hidup. 

Membawa liku,  pilu dan sendu. 

Tenggelam dalam manisnya buaian. 

Terlelap di uforia yang melenakan. 


Beranjak dari tawa yang dangkal. 

Berjalan dengan tangis yang sakral. 


Menggenggam harap dari sebuah janji. 


Yang terucap sebelum jasad terlahir.


Muhasabah senja. 

Perbaiki diri dengan anggapan. 

Berniat baik dan berharap baik. 

Bermunajat akan rindu sang cinta sejati. 

Syuk.ron 150816.

Jangan Pernah Merasa Menjadi Penguasa

06:58 0

Waktu silih berganti, membawa peradaban memihak kepada penguasa. Penguasa yang selalu mencoba menggali apapun yang dianggapnya bisa memperkuat tahtanya. 


Hai yang merasa hebat dengan pernak pernik yang mengagungkan. Sungguh indah riasanmu, kau sungguh membuat iri orang orang yang melihatmu. Langkahmu yang begitu tegak, wajah menengadah, dada yang dibusungkan dan tepuk langkah kaki dari sepatu bercorak terkenal. Sungguh mewah dan glamour.

Apapun yang terlontar dari lisanmu  begitu manis, seolah itu adalah granat yang harus sesegera mungkin dilemparkan, apabila tidak akan meledak!!! meraib yang seharusnya bisa diselamatkan.

Sayang,
Itu semua hanya sementara, itu semua hanya titipan tuhan. Yang, jika tidak dikembalikan, akan pulang dengan sendirinya. Dengan cara apapun dia akan berusaha kembali kepada pemilik yang sesungguhnya.

Jangan pernah merasa dunia selamanya, karena akan tiba waktu takkan ada yang bisa berkuasa, takkan ada yang bisa memerintah, takkan ada yang bisa dijadikan tameng pelindung.
Semua akan dilakukan sendiri, tanpa ringan tangan dari orang lain, tanpa lap/kanebo yang bisa membuat mengkilap *ini apa?*.

Wewenang, kadang bisa membuat bijaksana, tapi tak jarang membuat bajak-sana sini. Bukan hanya ladang sendiri tapi ladang orang lain kadang dirasa menjadi milik sendiri.





Like this ya